Kamis, 12 April 2012

Sejarah baca Tuis Al-Qur'an

Diposting oleh Randaagustina di 22.23




 
DOSEN PENGASUH
Drs. Ruslan , M.ag
TUGAS TERSTRUKTUR
METODE TAFSIR



Sejarah Baca Tulis Al-Qur’an

OLEH :
RANDA AGUSTINA
1101110015

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI
FAKULTAS SYARIAH
AHWAL AL-SYAKHSYIYYAH
BANJARMASIN
2012


Sejarah Baca Tulis Alquran
Setelah wafat Utsman, Mushhaf Al-Imam tetap merupakan satu-satunya mushhaf yang dijadikan pegangan umat Islam dalam pembacaan Alquran, meskipun demikian terdapat juga beberapa perbedaan dalam pembacaan tersebut, sebab-sebab timbulnya perbedaan tersebut dapat juga disimpulkan dalam dua hal.
Pertama : Penulisan Alquran itu sendiri
Kedua   : Perbedaan lahjah (dialek) orang-orang Arab
Penulisan Alquran itu dapat menimbulkan perbedaan pembacaan, oleh karena Mushhaf Al-Imam ditulis oleh sahabat-sahabat yang tulisannya belum dapat dimasukkan kedalam golongan tulisan yang baik, sebagaimana diterangkan oleh Ibnu Khaldun dalam bukunya “Muqaddimah Ibnu Khaldun”  bahwa “Perhatikanlah akibat-akibat yang terjadi disebabkan oleh tulisan mushhaf yang ditulis sendiri oleh sahabat-sahabat dengan tangannya”. Tulisan itu tidak begitu baik, sehingga kadang-kadang terjadilah beberapa kesalahan dalam penulisan, jika ditinjau dari segi tulisan yang baik dan bagus.
Untuk mengambil berkat, para tabiin dalam menyalin Alquran mengikuti saja bentuk tulisan Mushhaf Al-Imam. Karena Mushhaf itu ditulis oleh sahabat Rasulullah sendiri yang menerima Alquran langsung dari Nabi.
Di samping itu penulisan Mushhaf Al Imam adalah tanpa titik dan baris. Adapun perbedaan lahjah orang-orang Arab telah menimbulkan macam-macam qiraat
(bacaan), sehingga pada tahun 200 H. Muncullah ahli-ahli qiraat yang tidak terhitung banyaknya, seperti qiraat Ibnu Mas’ud.
Sebagaimana diterangkan di atas, Alquran mula-mula ditulis tanpa titik dan baris. Namun demikian hal ini tidak mempengaruhi pembacaa Alquran , karena para sahabat dan para tabiin adalah orang-orang yang fasih dalam bahasa Arab. Oleh sebab itu mereka dapat membacanya dengan baik dan tepat. Akan tetapi setelah ajaran agama Islam tersiar dan banyak bangsa yang bukan bangsa Arab memeluk agama Islam, sulitlah bagi mereka membaca Alquran tanpa titik dan baris itu.
Apabila keadaan demikian dibiarkan, dikhawatirkan bahwa hal ini akan menimbulkan kesalahan-kesalahan dalam pembacaan Alquran.
Maka Abu Aswad Ad-Duwali  mengambil inisiatif untuk memberi tanda-tanda dalam Alquran dengan tinta yang berlainan warnanya dengan tulisan Alquran. Tanda-tanda itu adalah titik diatas untuk fat-hah, titik di bawah untuk kasrah, titik di sebelah kiri atas untuk dhammah, dan dua titik untuk tanwin, hal ini terjadi pada masa Muawiyah.
Kemudian di masa khalifah Abdul Malik bin Marwan (685-705 M), Nashir bin Ashimdan Yahya bin Ya’mar menambahkan tanda-tanda untuk huruf-huruf yang bertitik dengan tinta yang sama dengan tulisan Alquran. Itu adalah untuk membedakan antara maksud dari titik Abul Aswad ad Duali dengan titik yang baru ini. Titik Abul Aswad adalah untuk tanda baca dan titik Nashir bin Ashim adalah titik huruf. Cara penulisan seperti ini tetap berlaku pada masa bani Umayyah, dan pada permulaan abbasiyah, bahkan tetap dipakai pula di Spanyol  sampai pertengahan abad ke 4 H. behwa kemudian ternyata cara pemberian tanda seperti ini menimbulkan kesulitan bagi para pembaca Alquran, karena terlalu banyak titik, sedang titik itu lama-kelamaan hampir menjadi serupa warnanya.
Maka Al-Khalil mengambil inisiatif, untuk membuat tanda-tanda yang baru, yaitu  huruf  waw kecil (ï»®) di atas untuk tanda dhammah, huruf alif kecil (ا) untuk tanda fatha, huruf yaa kecil (يي) untuk tanda kasrah, kepala huruf syin ( ﺳ ) untuk tanda syiddah, kepala ha ( ﺣ ) untuk sukun dan kepala ‘ain (ﻋ )  untuk hamzah,
Kemudian tanda-tanda ini dipermudah, dipotong dan ditambah sehingga menjadi bentuk yang ada sekarang ini.[1]
Adapun Alquran yang telah dibukukan yang sampai pada kita sekarang ini khususnya yang ada di Indonesia ditulis berdasarkan bahasa Quraisy.[2]


[1] Mujamma’ Al Malik Fahd Li tiba’at Al Mush-haf, Madinah Munawwarah. 1418 H. Saudi Arabiyah. H.111
[2] Abu Abdullah Az-Zanjani, Wawasan Baru Tarikh Al-Qur’an (Bandung: Mizan, 1986), h. 89.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Randa Agustina Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea